Senin, 16 Januari 2012

Dalam Master Theses-nya Johz R. Mansoben dari Universitas Cendrawasih mengemukakan masyarakat Pantai Utara bersifat sangat indifidualistis. Mungkin hal ini dapat kita amati bahwa orang Bgu dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari misalnya dalam kegiatan mencari matapencaharian cendrung sendiri-sendiri. Dan juga dapat kita lihat dalam kehidupan masyarakat Bgu tidak terdapat suatu upacara-upacara yang memperekat dan mengembangkan hubungan antar kelompok, meskipun terdapat upacara gereja tetapi mereka menjalaninya dengan perasaan kosong.
Setelah saya amati permasalahan diatas dapat terjawab dengan paparan yang diberikan oleh Koentjaraningrat dalam bukunya MANUSIA DAN KEBUDAYAAN DI INDONESIA

  • 1. Dalam bab identifikasi yang menjelaskan kebudayaan penduduk pantai utara irian jaya pada halaman 70. Beliau mengemukakan karena isolasi geografis terdapat keanekaragaman bahasa di papua, mungkin karena perbedaan bahasa yang sangat kontras inilah terjadi suatu sikap yang indifidualistis.

  • 2. Dalam bab “sistem kekerabatan” pada pembahasan kebudayaan yang sama di halaman 82. Beliau mengemukakan bahwa pendeta hanya datang ketika melakukan kunjungan dalam rentang waktu dua sampai tiga tahun sekali, hal ini menunjukan betapa kurangnya bimbingan agama sehingga meraka menjalankan upacara keagamaan di gereja dengan perasaan kosong

  • 3. Dalam bab “hidup berkomuniti dan pimpinan desa” pada pembahasa kebudayaan yang sama di halaman 83-84. Koentjaraningrat mengemukakan penyakit kronis yang menghinggapi kehidupan komuniti di desa-desa Pantai Utara tak adanya kepemimpinan dan dalam penjelasan yang lain beliu mengemukakan bahwa kurangnya tenaga pemimpin di karenakan gejala imigrasi secara musim ke kota Jayapura. Dapat di tarik kesimpulan mengapa dalam kehidupan keseharian mereka tidak ada upacara-upacara seperti halnya upacara bakar batu dan yang di jelaskan oleh Srtini dalam bukunya MUTIARA KEARIFAN LOKAL, 2008 dan pekerjaan yang dilaksanakn dengan kelompok-kelompok yang terdiri dari beberapa orang, adalah di sebabkan karena krisisnya kepemimpinan.


Tulisan ini dambil tanggal 16 Januari 2012 dari makalah yang disusun oleh Abdullah Arif, mahasiswa S1 Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada.

Makalah tersebut dapat anda download disini.

 


Blogger Template By LawnyDesigns